GELOMBANG BESAR

Oleh : NENENG KUSRINI, SP. Kepala Kelompok Analisa dan Prakiraan Stasiun Meteorologi Maritim Lampung
Beberapa hari yang lalu sebagian besar wilayah Indonesia dikejutkan oleh adanya kenaikan tinggi muka laut, mulai dari Banda Aceh, sepanjang pantai Barat Sumatera, pantai Selatan Jawa, sampai NTB dan NTT. Tidak ketinggalan juga disebagian besar wilayah perairan Lampung mengalami hal yang serupa. Banyak rumah- rumah penduduk, fasilitas dan perahu nelayan yang berada disekitar bibir pantai diterjang gelombang. Tidak sedikit kerugian yang diderita oleh saudara-saudara kita yang mengalami musibah tersebut. Sebenarnya apa yang menyebabkan kenaikan tinggi muka laut tersebut, yang mengalami puncaknya pada tanggal 17 dan 18 Mei 2007 yang lalu ? Ternyata ada 3 (tiga) fenomena alam yang memberikan pengaruh secara bersamaan, yaitu : Adanya swell ( alun ) yang berasal dari Samudera Hindia sebelah Barat Australia Fenomena Astronomi, yaitu adanya gaya tarik antara matahari dan bulan terhadap bumi. Pengaruh gelombang Kelvin. Jika dalam bencana banjir kita mengenal banjir lokal dan banjir bandang (kiriman), maka untuk gelombang kita juga mengenal 2 (dua) macam gelombang yaitu : Ombak ( wind wave) : yaitu gelombang yang ditimbulkan oleh angin yang bertiup ditempat tersebut, dan pengaruhnya dirasakan ditempat tersebut pada waktu tersebut. Alun (swell wave) : Gelombang yang ditimbulkan oleh angin yang bertiup ditempat lain tetapi pengaruhnya dirasakan smpai ditempat kita, atau bisa juga diistilahkan gelombang kiriman. Alun juga dapat ditimbulkan oleh angin yang bertiup ditempat tersebut pada waktu yang lampau (beberapa hari yang lalu) tetapi pengaruhnya masih dirasakan sampai sekarang. Dalam keadaan normal, pasang maximum air laut di wilayah perairan (wilper) Bakauheni, Panjang, dan Bengkulu pada tanggal 17 dan 18 Mei 2007 adalah sebagai berikut : Tanggal 17
Wilper Bakauheni : 1,0 meter, terjadi pada jam 20.00 – 21.00 WIB
Wilper Panjang : 1,5 meter, terjadi pada jam 07.00 – 08.00 WIB Wilper Bengkulu : 1,4 meter, terjadi pada jam 06.00 – 07.00 WIB Tanggal 18 Wilper Bakauheni : 1,0 meter, terjadi pada jam 21.00 – 22.00 WIB Wilper Panjang : 1,5 meter, terjadi pada jam 07.00 – 09.00 WIB Wilper Bengkulu : 1,5 meter, terjadi pada jam 07.00 WIB Tetapi karena adanya fenomena alam dimana kedudukan matahari, bumi dan bulan berada dalam 1 garis lurus ( pada tanggal 17 Mei 2007, sesuai dengan prediksi astronomis), hal ini menyebabkan gaya tarik menarik ketiga planet tersebut menguat dan menyebabkan air laut tertarik dan disebut air pasang. Posisi segaris ini biasanya menyebabkan penambahan ketinggian gelombang sekitar 2 meter atau lebih. Sebagai bahan pertimbangan perlu diketahui : Gelombang tinggi 2,0 – 2,5 meter : berbahaya bagi kapal-kapal nelayan dan tongkang Gelombang tinggi 2,5 – 3,0 meter : berbahaya bagi kapal-kapal nelayan, tongkang dan fery Gelombang tinggi > 3,0 meter : berbahaya bagi semua jenis kapal Banyak masyarakat yang mengira kejadian yang lalu tersebut adalah tsunami, perlu diketahui bahwa tsunami terjadi harus didahului oleh adanya gempa di laut, jika tidak ada gempa maka tidak ada tsunami, tetapi tidak semua gempa di laut menimbulkan tsunami. Sehingga untuk masyarakat dihimbau agar jangan mudah percaya dengan berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. BMG dalam hal ini adalah penyedia informasi, dan informasi tsb diteruskan kemasyarakat oleh pihak-pihak yang terkait. Pada kejadian beberapa hari yang lalu sebenarnya BMG pusat Jakarta sudah memberikan gawar dini (peringatan dini), akan adanya gelombang pasang, hanya saja mungkin informasi tsb tidak sampai pada masyarakat yang terutama tinggal di dekat pantai. Lalu siapa yang harus bertanggungjawab? Jika kita mencari kesalahan maka masalah ini tidak akan selesai. Sebaiknya dihimbau kepada masyarakat agar jangan membangun pemukiman yang jaraknya terlalu dekat dengan garis pantai, untuk menghindari jika sewaktu-waktu terjadi gelombang besar. Dan juga sebaiknya disekitar garis pantai ditanam pohon-pohon bakau atau bangunan yang dapat menghalangi hempasan gelombang secara langsung. Nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut yang pemberani, tetapi walaupun demikian jika para nelayan akan turun melaut sebaiknya tetap memperhatikan faktor cuaca demi keselamatan diri.